Maaf.Maaf dan maaf
tidak ada kata lain yang ingin ku sampaikan.
Maaf karena ku tak pernah menganggapmu ada selama ini.
Tapi
aku juga tidak mungkin membohongi diriku sendiri, saya tidak tahu
bagaimana mengatakannya padamu. Aku tidak mau membuatmu kecewa, tapi aku
juga tidak akan pernah bisa memberikan apa yang inginkan. Diantara yang
lain, memang kamu yang paling serius akan itu. Pertama kali bertemu,
saya masih ingat kamu bilang kalau saya sombong. Setelah lama
mengenalku, kamu menceritakan, bahwa tambah ingin mengenalku gara-gara
sikap jutek yang kupunya. Awalnya aku sangat risih dengan hadirnya
dirimu yang terlalu tiba-tiba. Pertama kali kau menelponku, kau sangat
lucu. kau tidak tahu mau bilang apa. Karena keseringan bertemu, mungkin
itu yang membuatmu jadi lebih dekat terhadapku. Sampai sekitar 4 bulan
kemudian, kamu akhirnya nyatain perasaanmu ke aku. Tapi terus saja aku
hanya akan berdalih, itu karena aku tidak mau kamu sakit hati sama saya
nah dilain pihak saya juga tidak bisa menerimanya. kamu tidak pernah
berhenti untuk menunjukkan keseriusannmu, tapi tetap saja rasaku tidak
pernah ada untukmu. bahkan kau hanya membuatku risih dengan messagemu
yang tidak bisa kuhitung jumlahnya dalam sehari, telponmu yang membuat
telingaku panas mendengarkan ocehanmu. Saya akui kau begitu baik, tapi
kau bukan pilihan hatiku. Lama-lama aku bosan dengan keadaan seperti
itu, hingga akhirnya setahun kemudian aku mencoba bicara padanya. tapi
tetap saja, meskipun tidak separah awalnya.
Sampai pada suatu saat aku mengikuti suatu olimpiade dan kenal
dengan rekan lombaku. tapi perkenalan ini terjadi karena temanku.
Temanku mungkin terlalu membangga-banggakanku untuk bisa lebih baik dari
pada dia. Mungkin itu membuatnya penasaran akan sosok diriku, sampai
dia minta untuk dikenalkan oleh temanku. Tapi karena temanku takut
ketahuan olehku, maka dia hanya memberikan alamat jejaring sosialku dan
menyarankannya untuk berkenalan sendiri. Sampai pada suatu hari aku
mendapat request friend olehnya, tapi karena nggak tahu apa-apa, aku
hanya konfirm saja. Sampai ketika menjelang akan diadakannya suatu Try
Out akbar, tiba-tiba dia chat aku dengan pertanyaan mau ikut try out
atau tidak, karena menurutku pertanyaanya positif-positif saja jadi
tentu saya membalasnya. saya cuma bilang tidak, karena memang waktu itu
saya belum tahu akan informasi itu. Saya ingat sekali dia bilang kau mau
kuliah atau tidak sih? masa ikut try out saja tidak mau. Tapi jawabanku
hanya "malas". Beberapa hari kemudian, pihak dari yang akan mengadakan
try out datang ke sekolahku untuk sosialisasi. Dari sosialisasi itu
membuatku tertarik untuk ikut, jadi saya memutuskan untuk membeli tiket
sama teman-temanku. Ketika Try Out itu berlangsung sangat banyak orang,
mungkin sekitar 2000 orang yang mengikutinya. Setelah itu saya mendapat
message di fb, ikut try out atau tidak saya hanya bilang iya, tapi dia
terus saja memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti dia telah mengenalku
lama. Pada akhirnya dia meminta nomor hp, tapi aku bilang saja minta
sama temanku dengan harapan mungkin dia akan malas untuk mendatangi
rumah temanku hanya untuk minta nomor hp. tapi ternyata pikiranku salah,
karena sore itu juga dia ternyata sudah menapatkannya. malamnya ketika
aku ada ditempat bimbel, aku mendpatkan pesan dari nomor baru. dia cuma
bertanya ini nomornya aku apa bukan dengan menyertakan nama panggiannya
di belakang. Awalnya, karena namanya sama dengan nama temanku jadi saya
kira dia adalah teman kelasku. Tapi beberapa saat kemudisn baru aku tahu
setelah dia bilang siapa dia sebenarnya. dia orangnya sangat baik, tapi
adalah orang yang paling "Bodoh" yang pernah saya kenal. Bukan bodoh
dalam arti sebenarnya sih karena kenyataannya dia sangat pintar di
bidang akademik. Awalnya dia selalu bilang kalau saya pintar, tapi saya
tidak suka hal itu karena kenyataannya dia jauh lebih dari saya tapi dia
juga tidak mau dibilang pintar. Temanku bilang kalau dia pernah datang
kerumah temanku lama sekali hanya untuk bertanya tentangku. awalnya sih
juga nda percaya sampai dia sendiri yang nebgatakannya padaku. Lama-lama
karena sama-sama tidak suka dipanggil pintar, jadi dia mengusulkan
untuk membuat peraturan. peraturannya tidak boleh ada kata pintar, yang
melanggar akan mendapatkan sanksi. Tapi sanksinya bukan penjara kok,
cuma "coklat" aja. Tapi menurutku dia selalu saja sengaja untuk
melanggar peraturan yang ada, tapi aku tidak pernah menegurnya. sampai
pada suatu hari dia menelponku dan bilang bagaimana sanksiku? kapan saya
bawakan?. Dan pastinya saya kaget, karena saya tidak mau bertemu
dengannya. Terus dia bilang nanti saya bawakan pas selesai bimbel, tapi
saya mengusulkan untuk dititipkan saja sama temanku. Tapi dia menolak,
dia tetap ingin mengantarkannya sendiri pas selesai bimbel dan sekalian
mengantarku pulang. Tap tentu saja aku tidak mau, jadi aku mengusulkan
dia membawakannya pas jam istirahat saja dengan alasan kalau pulang aku
dijemput jadi pasti nda sempat ketemu. Untungnya dia setuju, pas jam
isitrahat dia mengirimkan pesan kalau dia sedang ada di Mushollah habis
sholat magrib. Aku jadi tambah stress, karena sebenarnya nda mau ketemu.
Kemudian aku turun ke lantai dasar, ternyata dia sudah ada disana
berdiri di depan FO. Kemudian kami berbincang, sampai ada satu tentorku
yang mengenalnya dan bertanya sedang apa disini. Aku jadi tambah risih
karena tentorku melihatku dengan senyum mengejek. waktu istirahat sudah
habis, jadi aku memutuskan untuk kembali ke kelasku. Sebelum itu dia
langsung menyerahkan 5 Tobleron kepadaku. Aku bertanya kenapa banyak
sekali, dia cuma menjawabnya dengan senyum. Waktu itu aku sangat malu,
karena dia memberikannya depan umum. Sampai semua temanku mengira kalau
dia pacarku. Beberapa saat di kelas, tiba-tiba hujan turun. lama-lama
dia mengirimkan pesan untuk pamit pulang, balasanku cuma iya, padahal
waktu itu masih hujan sementara dia sedang sakit. besoknya dia bilang
kalau hari itu tidak masuk sekolah karena sakitnya parah gara-gara
kehujanan. Sebenarnya aku kasian juga sih. Setekah itu, sekitar satu
bulan mengenalku dia menyatakan perasaannya. Tentu saja aku tidak
percaya, bagaimana mungkin secepat itu. Tapi untungnya dia tidak terlalu
menuntut jawaban jadi sampai sekarang dan kapanpun dia akan menjadi
temanku.
Sampai pada akhirnya kamu kembali lagi dalam hidupku, tapi aku tidak mau memberimu harapan.
Ketika dirinya datang dalam hidupku,
awalnya aku hanya bersikap biasa saja karena memang aku telah
mengenalnya lama sekali lebih dari kamu dan dia. yang aku tahu dirinya
itu sangat baik, sehingga aku tidak lagi berpikir panjang ketika dia
menyatakan perasaan. Aku tidak berpikir lagi saat itu, apakah dia betul
serius atau tidak. Menurutku sayang itu akan muncul sendiri nantinya,
jadi aku meneriman dirinya. Keinginanku yang lain juga agar kamu
berhenti berharap terhadapku. Ternyata apa yang kuinginkan itu terwujud,
kamu tidak pernah menggangguku lagi karena hadirnya dirinya dalam
hidupku. Akupun mencoba untuk memberikan sayangku hanya untuk dirinya.
Ternyata benar sayang itu bisa muncul belakangan setelah aku
menjalaninya. Mungkin sayangku dimata dirinya sangat kurang, karena aku
tidak terlalu perhatian dengan dirinya. Sampai pada akhirnya dia
memutuskan untuk pergi. Tidak ada alasan buatku untuk menolak hal itu,
karena saya rasa itu adalah haknya. Aku hanya mencoba untuk berpikir
positif, kalau sayang itu bisa muncul karena waktu mungkin sayang itu
juga akan bisa hilang dengan adanya waktu. Jadi aku coba untuk tegar,
dan tidak mau menangisinya. Hanya saja yang membuatku kecewa, yaitu
ketika saya tau dirinya jadian dengan yang lain hanya beberapa hari
setelah putus denganku. Hal itu pun saya tahu dari temanku, dia sangat
kaget akan hal itu. Tapi aku cuma bilang sama temanku, kalau itu
bukanlah urusanku karena itu adalah hak dirinya. Dipikiranku berarti
dirinya tidak pernah serius kepadaku, buktinya dengan cepat dia bisa
berpaling ke yang lain. Jadi akupun berusaha untuk menghapus kenangan
kalau dia pernah ada dalam hatiku, yang aku ingin kuingat hanya dia
sebagai teman lamaku yang tidak ada perasaan apapun. Meskipun dirinya
sudah dengan yang lain, tapi dirinya masih saja menghubungiku. Tapi aku
hanya meladeninya dengan sikap layaknya teman biasa, karena tidak mau
mengingat apa yang sudah terjadi. Satu messagenya yang paling saya benci
ketika dia bilang pasti aku menunggu sms darinya. Dia tidak pernah
memikirkan perasaanku sedikitpun dengan kata-kata itu, buat apa juga aku
menunggu sms dari orang yang bukan siapa-siapaku, buat apa aku
mengharapkan orang yang tidak mengharapkanku. Tapi saya tidak
menunjukkan kalau aku marah akan hal itu. yang aku lakukan hanya mencoba
untuk bersikap biasa saja terhadap dirinya. Namun aku mencoba untuk
sedikit menghindar darimu, karena aku tidak mau nantinya dianggap
sebagai pengganggu hubungan mereka. Saya sadar dimana posisiku
seharusnya.