Jumat, 25 November 2011

Apapun Tentangku

Maaf.Maaf dan maaf
tidak ada kata lain yang ingin ku sampaikan.
Maaf karena ku tak pernah menganggapmu ada selama ini.
Tapi aku juga tidak mungkin membohongi diriku sendiri, saya tidak tahu bagaimana mengatakannya padamu. Aku tidak mau membuatmu kecewa, tapi aku juga tidak akan pernah bisa memberikan apa yang inginkan. Diantara yang lain, memang kamu yang paling serius akan itu. Pertama kali bertemu, saya masih ingat kamu bilang kalau saya sombong. Setelah lama mengenalku, kamu menceritakan, bahwa tambah ingin mengenalku gara-gara sikap jutek yang kupunya. Awalnya aku sangat risih dengan hadirnya dirimu yang terlalu tiba-tiba. Pertama kali kau menelponku, kau sangat lucu. kau tidak tahu mau bilang apa. Karena keseringan bertemu, mungkin itu yang membuatmu jadi lebih dekat terhadapku. Sampai sekitar 4 bulan kemudian, kamu akhirnya nyatain perasaanmu ke aku. Tapi terus saja aku hanya akan berdalih, itu karena aku tidak mau kamu sakit hati sama saya nah dilain pihak saya juga tidak bisa menerimanya. kamu tidak pernah berhenti untuk menunjukkan keseriusannmu, tapi tetap saja rasaku tidak pernah ada untukmu. bahkan kau hanya membuatku risih dengan messagemu yang tidak bisa kuhitung jumlahnya dalam sehari, telponmu yang membuat telingaku panas mendengarkan ocehanmu. Saya akui kau begitu baik, tapi kau bukan pilihan hatiku. Lama-lama aku bosan dengan keadaan seperti itu, hingga akhirnya setahun kemudian aku mencoba bicara padanya. tapi tetap saja, meskipun tidak separah awalnya.


Sampai pada suatu saat aku mengikuti suatu olimpiade dan kenal dengan rekan lombaku. tapi perkenalan ini terjadi karena temanku. Temanku mungkin terlalu membangga-banggakanku untuk bisa lebih baik dari pada dia. Mungkin itu membuatnya penasaran akan sosok diriku, sampai dia minta untuk dikenalkan oleh temanku. Tapi karena temanku takut ketahuan olehku, maka dia hanya memberikan alamat jejaring sosialku dan menyarankannya untuk berkenalan sendiri. Sampai pada suatu hari aku mendapat request friend olehnya, tapi karena nggak tahu apa-apa, aku hanya konfirm saja. Sampai ketika menjelang akan diadakannya suatu Try Out akbar, tiba-tiba dia chat aku dengan pertanyaan mau ikut try out atau tidak, karena menurutku pertanyaanya positif-positif saja jadi tentu saya membalasnya. saya cuma bilang tidak, karena memang waktu itu saya belum tahu akan informasi itu. Saya ingat sekali dia bilang kau mau kuliah atau tidak sih? masa ikut try out saja tidak mau. Tapi jawabanku hanya "malas". Beberapa hari kemudian, pihak dari yang akan mengadakan try out datang ke sekolahku untuk sosialisasi. Dari sosialisasi itu membuatku tertarik untuk ikut, jadi saya memutuskan untuk membeli tiket sama teman-temanku. Ketika Try Out itu berlangsung sangat banyak orang, mungkin sekitar 2000 orang yang mengikutinya. Setelah itu saya mendapat message di fb, ikut try out atau tidak saya hanya bilang iya, tapi dia terus saja memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti dia telah mengenalku lama. Pada akhirnya dia meminta nomor hp, tapi aku bilang saja minta sama temanku dengan harapan mungkin dia akan malas untuk mendatangi rumah temanku hanya untuk minta nomor hp. tapi ternyata pikiranku salah, karena sore itu juga dia ternyata sudah menapatkannya. malamnya ketika aku ada ditempat bimbel, aku mendpatkan pesan dari nomor baru. dia cuma bertanya ini nomornya aku apa bukan dengan menyertakan nama panggiannya di belakang. Awalnya, karena namanya sama dengan nama temanku jadi saya kira dia adalah teman kelasku. Tapi beberapa saat kemudisn baru aku tahu setelah dia bilang siapa dia sebenarnya. dia orangnya sangat baik, tapi adalah orang yang paling "Bodoh" yang pernah saya kenal. Bukan bodoh dalam arti sebenarnya sih karena kenyataannya dia sangat pintar di bidang akademik. Awalnya dia selalu bilang kalau saya pintar, tapi saya tidak suka hal itu karena kenyataannya dia jauh lebih dari saya tapi dia juga tidak mau dibilang pintar. Temanku bilang kalau dia pernah datang kerumah temanku lama sekali hanya untuk bertanya tentangku. awalnya sih juga nda percaya sampai dia sendiri yang nebgatakannya padaku. Lama-lama karena sama-sama tidak suka dipanggil pintar, jadi dia mengusulkan untuk membuat peraturan. peraturannya tidak boleh ada kata pintar, yang melanggar akan mendapatkan sanksi. Tapi sanksinya bukan penjara kok, cuma "coklat" aja. Tapi menurutku dia selalu saja sengaja untuk melanggar peraturan yang ada, tapi aku tidak pernah menegurnya. sampai pada suatu hari dia menelponku dan bilang bagaimana sanksiku? kapan saya bawakan?. Dan pastinya saya kaget, karena saya tidak mau bertemu dengannya. Terus dia bilang nanti saya bawakan pas selesai bimbel, tapi saya mengusulkan untuk dititipkan saja sama temanku. Tapi dia menolak, dia tetap ingin mengantarkannya sendiri pas selesai bimbel dan sekalian mengantarku pulang. Tap tentu saja aku tidak mau, jadi aku mengusulkan dia membawakannya pas jam istirahat saja dengan alasan kalau pulang aku dijemput jadi pasti nda sempat ketemu. Untungnya dia setuju, pas jam isitrahat dia mengirimkan pesan kalau dia sedang ada di Mushollah habis sholat magrib. Aku jadi tambah stress, karena sebenarnya nda mau ketemu. Kemudian aku turun ke lantai dasar, ternyata dia sudah ada disana berdiri di depan FO. Kemudian kami berbincang, sampai ada satu tentorku yang mengenalnya dan bertanya sedang apa disini. Aku jadi tambah risih karena tentorku melihatku dengan senyum mengejek. waktu istirahat sudah habis, jadi aku memutuskan untuk kembali ke kelasku. Sebelum itu dia langsung menyerahkan 5 Tobleron kepadaku. Aku bertanya kenapa banyak sekali, dia cuma menjawabnya dengan senyum. Waktu itu aku sangat malu, karena dia memberikannya depan umum. Sampai semua temanku mengira kalau dia pacarku. Beberapa saat di kelas, tiba-tiba hujan turun. lama-lama dia mengirimkan pesan untuk pamit pulang, balasanku cuma iya, padahal waktu itu masih hujan sementara dia sedang sakit. besoknya dia bilang kalau hari itu tidak masuk sekolah karena sakitnya parah gara-gara kehujanan. Sebenarnya aku kasian juga sih. Setekah itu, sekitar satu bulan mengenalku dia menyatakan perasaannya. Tentu saja aku tidak percaya, bagaimana mungkin secepat itu. Tapi untungnya dia tidak terlalu menuntut jawaban jadi sampai sekarang dan kapanpun dia akan menjadi temanku.

Sampai pada akhirnya kamu kembali lagi dalam hidupku, tapi aku tidak mau memberimu harapan.
Ketika dirinya datang dalam hidupku, awalnya aku hanya bersikap biasa saja karena memang aku telah mengenalnya lama sekali lebih dari kamu dan dia. yang aku tahu dirinya itu sangat baik, sehingga aku tidak lagi berpikir panjang ketika dia menyatakan perasaan. Aku tidak berpikir lagi saat itu, apakah dia betul serius atau tidak. Menurutku sayang itu akan muncul sendiri nantinya, jadi aku meneriman dirinya. Keinginanku yang lain juga agar kamu berhenti berharap terhadapku. Ternyata apa yang kuinginkan itu terwujud, kamu tidak pernah menggangguku lagi karena hadirnya dirinya dalam hidupku. Akupun mencoba untuk memberikan sayangku hanya untuk dirinya. Ternyata benar sayang itu bisa muncul belakangan setelah aku menjalaninya. Mungkin sayangku dimata dirinya sangat kurang, karena aku tidak terlalu perhatian dengan dirinya. Sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk pergi. Tidak ada alasan buatku untuk menolak hal itu, karena saya rasa itu adalah haknya. Aku hanya mencoba untuk berpikir positif, kalau sayang itu bisa muncul karena waktu mungkin sayang itu juga akan bisa hilang dengan adanya waktu. Jadi aku coba untuk tegar, dan tidak mau menangisinya. Hanya saja yang membuatku kecewa, yaitu ketika saya tau dirinya jadian dengan yang lain hanya beberapa hari setelah putus denganku. Hal itu pun saya tahu dari temanku, dia sangat kaget akan hal itu. Tapi aku cuma bilang sama temanku, kalau itu bukanlah urusanku karena itu adalah hak dirinya. Dipikiranku berarti dirinya tidak pernah serius kepadaku, buktinya dengan cepat dia bisa berpaling ke yang lain. Jadi akupun berusaha untuk menghapus kenangan kalau dia pernah ada dalam hatiku, yang aku ingin kuingat hanya dia sebagai teman lamaku yang tidak ada perasaan apapun. Meskipun dirinya sudah dengan yang lain, tapi dirinya masih saja menghubungiku. Tapi aku hanya meladeninya dengan sikap layaknya teman biasa, karena tidak mau mengingat apa yang sudah terjadi. Satu messagenya yang paling saya benci ketika dia bilang pasti aku menunggu sms darinya. Dia tidak pernah memikirkan perasaanku sedikitpun dengan kata-kata itu, buat apa juga aku menunggu sms dari orang yang bukan siapa-siapaku, buat apa aku mengharapkan orang yang tidak mengharapkanku. Tapi saya tidak menunjukkan kalau aku marah akan hal itu. yang aku lakukan hanya mencoba untuk bersikap biasa saja terhadap dirinya. Namun aku mencoba untuk sedikit menghindar darimu, karena aku tidak mau nantinya dianggap sebagai pengganggu hubungan mereka. Saya sadar dimana posisiku seharusnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makanan Ideal : 85% Nabati dan 15% Hewani

Kali ini masih berhubungan dengan pembahasan dalam buku "The Miracle of Enzime" by Hiromi Shinya. Kita akan mengutip sedikit peri...