Sore itu berkumpul dengan teman-temanku, kami akan pergi
kesuatu studio foto untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan ketika kami
berpisah nanti. Sesampai di tempat yang kami tuju, kami menunggu lama karena
kebetulan hari itu sangat ramai. Kami hanya menunggu sambil mengambil gambar
ditempat-tempat tertentu. Ketika adzan magrrib berkumandang pun kami belum juga
mengambil gambar, sehingga aku dan tean-temanku memutuskan untuk sholat dulu.
Beberapa saat setelah sholat barulah giliran kami untuk pengambilan gambar.
Ketika itu aku mendapat sebuah sms yang ternyata dari teman kelasku semasa SMP.
Awalnya dia hanya bertanya apa adanya “lagi ngapain” dan aku pun membalasnya
dengan jawaban yang seadanya. Namun beberapa saat kemudian, perasaanku mulai
merasa aneh ketika dia bertanya tentang pacar dan sebagainya kepadaku. Tentu
saja aku kaget dengan pertanyaan itu. Aku merasa, mungkin dia hanya iseng
bertanya begitu, jadi ku jawab jujur saja yaitu tidak ada. Dari pertanyaannya
itu aku merasa agak curiga, tapi aku juga tidak terlalu mau ambil pusing akan
hal itu. Sampai pada akhirnya aku mendapat sms lagi darinya, yang isinya
tentang ungkapan perasaannya. Sebenarnya aku tidak percaya akan pernyataannya
itu, bagaimana mungkin hanya karena sering smsan bisa langsung suka. Karena aku
sendiri merasa tidak yakin, aku mencoba untuk bertanya tentang keseriusannya.
Dia bilang dia serius dan meminta aku untuk mempertimbangkan lagi untuk jadi
pacarnya. Yang aku kenal dulu, dia orangnya sangat baik. Jadi aku mengiyakan
untuk “mempertimbangkan/memikirkan” hal tersebut. Namun ternyata dia salah
menanggapi perkataan iya dariku, dia mengira aku sudah mengiyakan untuk jadi
pacarnya. Yang aku ingat, dalam smsnya itu mengatakan “makasih kamu sebenarnya
tapi aku juga takut untuk merusak kesenangannya saat itu. Aku hanya mencoba
untuk meneruskannya saja. Sebenarnya hubungan yang kami jalin itu adalah jarak
jauh. Itu kali pertama aku menjalin hubungan jarak jauh dan begitupun dengan
dirinya. Sebenarnya sebelum dia datang dalam hidupku seorang cowok lain telah
mengutarakan perasaannya kepadaku. Tapi aku menolaknya dengan alasan aku tidak
mau pacaran, sebenarnya bukan itu alasan utamaku. Dia mempunyai perhatian yang
berlebihan terhadapku, bahkan terkadang membuatku risih dengan telfon dan smsnya
yang berlebihan. Namun setelah dia tahu
kalau aku pacaran dengan orang lain, dia sangat marah dan kecewa padaku. Aku
cuma diam dan tidak mau banyak berkomentar, takut malah menambah masalah. Sejak
itupun dia tidak pernah menghubungiku lagi. Aku hanya ingin fokus dengan
hidupku saat itu, aku pun sudah mulai memiliki perasaan sayang terhadap orang
yang menjadi pacarku saat itu. Aku tidak tahu, rasa itu berawal dari mana dan
kapan. Hanya saja aku sering jengkel dengan dirinya yang sering tidak memberi
kabar padaku. Sebenarnya dari awal sampai akhirnya putus pun, ada satu hal yang
aku tidak mengerti dari dirinya. Aku tidak suka dengan sikapnya yang terkadang
perhatian tapi terkadang juga jutek kepadaku. Sikapnya berubah-ubah kepadaku,
membuatku tidak mengerti apa sebenarnya yang dia nginkan. Tapi karena aku sudah
terlanjur sayang sama dia, jadi aku hanya mencoba untuk selalu mengerti akan
semua kondisinya. Aku tidak pernah bisa marah padanya meskipun dia melakukan
kesalahan. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada diriku sendiri
samapi begitu. Aku merasa dia datang dan pergi sesuka hatinya. Sampai pada
akhirnya, suatu pagi dia mengirimkanku pesan seperti biasa yaitu “pagi” aku pun
menjawabnya apa adanya. Kemudian bertanya tentang perasaanku bagaimana dengan
sikapnya yang jarang memperhatikannku. Karena aku tidak mau dia merasa bersalah
jadi aku cuma bilang kalau mangerti keadaannya yang mungkin lagi sibuk atau
semacamnya. Mungkin aku terlalu menjaga perasaannya tapi dia tidak pernah
berpikir sedikitpun tentang perasaanku ketika mengambil keputusan. Dia mau
kalau hubungan kami diakhiri saja. Tidak ada alasan bagiku untuk
mempertahankannya meski sebenarnya aku kecewa. Yang dia bilang terakhir hanya
mudah-mudahan semuanya akan lebih baik. Aku sedih akan hal itu, tapi aku tidak
mau menangisinya. Air mataku terlalu berharga untuk kuteteskan hanya untuk
orang yang tidak bisa menjaga perasaanku. Untungnya aku punya sahabat-sahabatku
yang selalu ada untuk menghiburku ketika aku sedih. Yang aku pikirkan setelah
itu, kalau dulu aku baik-baik saja tanpa dirinya pasti sekarang juga aku bisa
tanpa dirinya lagi. Aku sudah bisa menerima kenyataan dan menjalani hariku lagi
seperti biasa. Namun setelah itu, orang yang sempat menghilang dari hidupku
kembali lagi. Tapi aku hanya menanggapinya seperti biasa. Aku hanya
menganggapnya sebagai saudara saja tidak lebih, dan aku bersyukur dia bisa
menerima hal itu. Seminggu berlalu semenjak putusku dengannya, aku sudah mulai
bisa melupakannya. Tapi dia kembali menghubungiku lagi meski hanya bertanya
tentang kabarku. Aku menjawabnya layaknya teman biasa, seperti sebelum pacaran
dia hanya teman biasaku dan setelah putuspun aku juga hanya akan menganggapnya
sebagai teman biasa. Aku ingin melupakan kalau aku adalah mantannya, yang mau
aku ingat hanyalah dia sebagai temanku semenjak SMP tidak lebih. Ketika dia
mengirimkan pesan aku hanya akan menjawabnya biasa.
Suatu malam aku mendapat sms dari seorang sahabatku, dalam
smsnya dia bilang “asma, sudah ada gantimu?” awalnya aku tidak mengerti apa
yang dia maksud. Terus dia menyuruhku untuk mebuka fb dan membuka profilnya.
Aku mendapati status hubungannya telah berpacaran dengan orang lain. Aku Cuma
bilang sama temanku kalau itu bukan urusanku lagi dan aku rasa itu adalah
haknya. Aku Cuma tidak habis pikir kenapa bisa secepat itu dia berpaling. Aku
sadar kalau ternyata memang selama pacaran aku tidak ada artinya apapun
baginya. Hal itu terbukti, karena dengan cepatnya dia bisa berpaling ke hati
yang lain. Aku sempat berpikir kalau dia hanya mempermainkanku saja selama
pacaran. Dia tidak pernah benar-benar sayang kepadaku, aku seperti tertipu
olehnya.
Aku tidak mau dikecewakan lagi, sampai orang tadinya aku
anggap saudara kembali mecoba untuk mendapatkan hatiku. Namun masih takut untuk
membuka hatiku lagi, sampai dia harus berulang kali kecewa karenaku. Mungkin
nanti aku yang akan menyesal telah menyia-nyiakan orang yang sangat sayang
padaku bahkan telah bersabar selama tiga tahun. Aku takut untuk merasakan
kekecewaan lagi meski aku yakin dia tidak akan pernah tega untuk menyakitiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar