Senin, 05 Desember 2011

Cerita Tak Berakhir

Sore itu berkumpul dengan teman-temanku, kami akan pergi kesuatu studio foto untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan ketika kami berpisah nanti. Sesampai di tempat yang kami tuju, kami menunggu lama karena kebetulan hari itu sangat ramai. Kami hanya menunggu sambil mengambil gambar ditempat-tempat tertentu. Ketika adzan magrrib berkumandang pun kami belum juga mengambil gambar, sehingga aku dan tean-temanku memutuskan untuk sholat dulu. Beberapa saat setelah sholat barulah giliran kami untuk pengambilan gambar. Ketika itu aku mendapat sebuah sms yang ternyata dari teman kelasku semasa SMP. Awalnya dia hanya bertanya apa adanya “lagi ngapain” dan aku pun membalasnya dengan jawaban yang seadanya. Namun beberapa saat kemudian, perasaanku mulai merasa aneh ketika dia bertanya tentang pacar dan sebagainya kepadaku. Tentu saja aku kaget dengan pertanyaan itu. Aku merasa, mungkin dia hanya iseng bertanya begitu, jadi ku jawab jujur saja yaitu tidak ada. Dari pertanyaannya itu aku merasa agak curiga, tapi aku juga tidak terlalu mau ambil pusing akan hal itu. Sampai pada akhirnya aku mendapat sms lagi darinya, yang isinya tentang ungkapan perasaannya. Sebenarnya aku tidak percaya akan pernyataannya itu, bagaimana mungkin hanya karena sering smsan bisa langsung suka. Karena aku sendiri merasa tidak yakin, aku mencoba untuk bertanya tentang keseriusannya. Dia bilang dia serius dan meminta aku untuk mempertimbangkan lagi untuk jadi pacarnya. Yang aku kenal dulu, dia orangnya sangat baik. Jadi aku mengiyakan untuk “mempertimbangkan/memikirkan” hal tersebut. Namun ternyata dia salah menanggapi perkataan iya dariku, dia mengira aku sudah mengiyakan untuk jadi pacarnya. Yang aku ingat, dalam smsnya itu mengatakan “makasih kamu sebenarnya tapi aku juga takut untuk merusak kesenangannya saat itu. Aku hanya mencoba untuk meneruskannya saja. Sebenarnya hubungan yang kami jalin itu adalah jarak jauh. Itu kali pertama aku menjalin hubungan jarak jauh dan begitupun dengan dirinya. Sebenarnya sebelum dia datang dalam hidupku seorang cowok lain telah mengutarakan perasaannya kepadaku. Tapi aku menolaknya dengan alasan aku tidak mau pacaran, sebenarnya bukan itu alasan utamaku. Dia mempunyai perhatian yang berlebihan terhadapku, bahkan terkadang membuatku risih dengan telfon dan smsnya yang berlebihan.  Namun setelah dia tahu kalau aku pacaran dengan orang lain, dia sangat marah dan kecewa padaku. Aku cuma diam dan tidak mau banyak berkomentar, takut malah menambah masalah. Sejak itupun dia tidak pernah menghubungiku lagi. Aku hanya ingin fokus dengan hidupku saat itu, aku pun sudah mulai memiliki perasaan sayang terhadap orang yang menjadi pacarku saat itu. Aku tidak tahu, rasa itu berawal dari mana dan kapan. Hanya saja aku sering jengkel dengan dirinya yang sering tidak memberi kabar padaku. Sebenarnya dari awal sampai akhirnya putus pun, ada satu hal yang aku tidak mengerti dari dirinya. Aku tidak suka dengan sikapnya yang terkadang perhatian tapi terkadang juga jutek kepadaku. Sikapnya berubah-ubah kepadaku, membuatku tidak mengerti apa sebenarnya yang dia nginkan. Tapi karena aku sudah terlanjur sayang sama dia, jadi aku hanya mencoba untuk selalu mengerti akan semua kondisinya. Aku tidak pernah bisa marah padanya meskipun dia melakukan kesalahan. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada diriku sendiri samapi begitu. Aku merasa dia datang dan pergi sesuka hatinya. Sampai pada akhirnya, suatu pagi dia mengirimkanku pesan seperti biasa yaitu “pagi” aku pun menjawabnya apa adanya. Kemudian bertanya tentang perasaanku bagaimana dengan sikapnya yang jarang memperhatikannku. Karena aku tidak mau dia merasa bersalah jadi aku cuma bilang kalau mangerti keadaannya yang mungkin lagi sibuk atau semacamnya. Mungkin aku terlalu menjaga perasaannya tapi dia tidak pernah berpikir sedikitpun tentang perasaanku ketika mengambil keputusan. Dia mau kalau hubungan kami diakhiri saja. Tidak ada alasan bagiku untuk mempertahankannya meski sebenarnya aku kecewa. Yang dia bilang terakhir hanya mudah-mudahan semuanya akan lebih baik. Aku sedih akan hal itu, tapi aku tidak mau menangisinya. Air mataku terlalu berharga untuk kuteteskan hanya untuk orang yang tidak bisa menjaga perasaanku. Untungnya aku punya sahabat-sahabatku yang selalu ada untuk menghiburku ketika aku sedih. Yang aku pikirkan setelah itu, kalau dulu aku baik-baik saja tanpa dirinya pasti sekarang juga aku bisa tanpa dirinya lagi. Aku sudah bisa menerima kenyataan dan menjalani hariku lagi seperti biasa. Namun setelah itu, orang yang sempat menghilang dari hidupku kembali lagi. Tapi aku hanya menanggapinya seperti biasa. Aku hanya menganggapnya sebagai saudara saja tidak lebih, dan aku bersyukur dia bisa menerima hal itu. Seminggu berlalu semenjak putusku dengannya, aku sudah mulai bisa melupakannya. Tapi dia kembali menghubungiku lagi meski hanya bertanya tentang kabarku. Aku menjawabnya layaknya teman biasa, seperti sebelum pacaran dia hanya teman biasaku dan setelah putuspun aku juga hanya akan menganggapnya sebagai teman biasa. Aku ingin melupakan kalau aku adalah mantannya, yang mau aku ingat hanyalah dia sebagai temanku semenjak SMP tidak lebih. Ketika dia mengirimkan pesan aku hanya akan menjawabnya biasa.
Suatu malam aku mendapat sms dari seorang sahabatku, dalam smsnya dia bilang “asma, sudah ada gantimu?” awalnya aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Terus dia menyuruhku untuk mebuka fb dan membuka profilnya. Aku mendapati status hubungannya telah berpacaran dengan orang lain. Aku Cuma bilang sama temanku kalau itu bukan urusanku lagi dan aku rasa itu adalah haknya. Aku Cuma tidak habis pikir kenapa bisa secepat itu dia berpaling. Aku sadar kalau ternyata memang selama pacaran aku tidak ada artinya apapun baginya. Hal itu terbukti, karena dengan cepatnya dia bisa berpaling ke hati yang lain. Aku sempat berpikir kalau dia hanya mempermainkanku saja selama pacaran. Dia tidak pernah benar-benar sayang kepadaku, aku seperti tertipu olehnya.
Aku tidak mau dikecewakan lagi, sampai orang tadinya aku anggap saudara kembali mecoba untuk mendapatkan hatiku. Namun masih takut untuk membuka hatiku lagi, sampai dia harus berulang kali kecewa karenaku. Mungkin nanti aku yang akan menyesal telah menyia-nyiakan orang yang sangat sayang padaku bahkan telah bersabar selama tiga tahun. Aku takut untuk merasakan kekecewaan lagi meski aku yakin dia tidak akan pernah tega untuk menyakitiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makanan Ideal : 85% Nabati dan 15% Hewani

Kali ini masih berhubungan dengan pembahasan dalam buku "The Miracle of Enzime" by Hiromi Shinya. Kita akan mengutip sedikit peri...